Pendahuluan
Penyusunan naskah pidato resmi memerlukan kecermatan, baik dalam penggunaan
bahasa (Indonesia atau Inggris) maupun dari substansi ini yang disajikan sesuai
dengan wacana perkembangan masyarakat yang aktual, baik pada tingkat global
maupun nasional (sesuai dengan tujuan). Naskah Pidato merupakan bukti sejarah
perkembangan dan peradaban dari perspektif seorang pemimpin.
Oleh karena makna pidato demikian luas dan beragam, maka diperlukan kecermatan
dalam penggunaan bahasanya dan substansi isi yang disajikannya. Kecermatan
penggunaan bahasa Indonesia sangat diperlukan karena bahasa seorang pemimpin
sering dijadikan sebagai dasar rujukan bagi pengguna bahasa lain, termasuk
masyarakat umum. Bahasa pemimpin dalam menyampaikan pidato harus menunjukkan
bahasa yang lugas, objektif, cermat, dan cerdas sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang keliru dari pendengarnya. Bahasa seorang pemimpin harus
menggambarkan penggunaan bahasa yang benar dan menggunakan kalimat secara
efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud
penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh
pembacanya termasuk kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang efektif memiliki
ciri struktur yang kompak, paralel, hemat, cermat, padu, dan logis. Marilah
kita diskusikan setiap ciri ini pada bagian berikut ini!
a) Kalimat Berstruktur Kompak
Setiap kalimat minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok)
atau unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
menggunakan subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan
ketidakjelasan subjek dapat terjadi jika digunakan kata depan di depan subjek.
Misalnya penggunaan dalam, untuk, bagi, di, pada, sebagai, tentang, dan, karena
sebelum subjek kalimat tersebut.
Contoh kalimat tidak efektif:
Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Kalimat di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap. Bandingkan
dengan kalimat di bawah ini!
Semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
Dalam pembahasan ini disajikan contoh nyata.
Contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Selain itu, kalimat yang berstruktur kompak adalah kalimat yang hanya
menggunakan satu subjek. Penggunaan subjek ganda akan membuat kalimat tersebut
tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Penjumlahan angka itu hasilnya dibagi kelipatan dua.
Cairan itu unsur-unsur kimianya tidak menyatu.
Kedua kalimat di atas menggunakan subjek ganda, sehingga kalimat tersebut
menjadi kurang jelas. Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini:
Hasil penjumlahan angka itu dibagi kelipatan dua.
Unsur-unsur cairan kimia itu tidak menyatu.
Dalam bahasa Indonesia dikenal kata penghubung intrakalimat, seperti dan, atau,
sehingga, sedangkan, karena, yaitu, hingga, tetapi. Penggunaan kata penghubung
ini hanya dilakukan di tengah kalimat. Apabila digunakan pada awal kalimat maka
kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Pemberontakan PKI sangat menyakitkan. Sehingga materi tentang hal ini akan
menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
Buaya termasuk ke dalam jenis reftil. Sedangkan burung termasuk ke dalam jenis
aves.
Kalimat di atas akan tampak tidak jelas jika disajikan di awal kalimat,
misalnya:
Sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa
Indonesia.
Sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
Penggunaan kata sehingga dan sedangkan pada awal kalimat sebagai penghubung
antarkalimat kurang tepat, karena kata tersebut seharusnya berfungsi sebagai
penghubung intrakalimat. Seharusnya, kalimat di atas tidak terpisah dengan
kalimat sebelumnya agar kesatuan gagasan dapat terpahami. Bandingkanlah dengan
kalimat di bawah ini!
Pemberontakan PKI sangat menyakitkan, sehingga materi tentang hal ini akan
menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
Buaya termasuk ke dalam jenis reftil, sedangkan burung termasuk ke dalam jenis
aves.
Demikian pula kata penghubung lain, seperti dan, atau, karena, yaitu, hingga,
dan tetapi merupakan kata penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, kata
penghubung tersebut hanya digunakan untuk menghubungkan satu gagasan dengan
gagasan lain dalam satu kalimat.
b) Kalimat Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tersusun secara paralel. Keparalelan
itu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan
memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis
kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi
yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil
pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut, karena memfaralelkan jenis kata menyusun,
dengan kelengkapan, penggambaran, dan simpulan. Kalimat tersebut memfaralelkan
“kegiatan” sebagai verba, maka kata lainnya seharusnya menggunakan verba.
Misalnya, kata menyusun seharusnya berfaralel dengan melampirkan (materi secara
lengkap), menggambarkan (tahap-tahap kegiatan), dan menyimpulkan (hasil
pengujian). Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi
secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil
pengujian.
c) Kalimat Hemat
Kalimat yang efektif harus hemat. Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang
menghindari pengulangan subjek, pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang
sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang
ke acara itu.
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah
itu.
Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa
tokoh-tokoh terkemuka.
Kalimat pertama kurang efektif karena menggunakan subjek (kata para menteri)
dengan subjek kedua (kata mereka). Kalimat kedua menggunakan kata bermakna
sama, yaitu kata hanya dan saja. Kalimat ketiga kurang efektif karena
menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu kata warna dan merah (merah merupakan
salah satu warna, sehingga tidak perlu menggunakan kata warna). Kalimat
keempat, menggunakan kata bermakna jamak secara berulang, yaitu kata banyak dan
beberapa dengan pengulangan kata yang mengikutinya. Bandingkanlah dengan
kalimat-kalimat di bawah ini!
Para menteri serentak berdiri, setelah mengetahui bahwa presiden datang ke
acara itu.
Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit untuk sampai ke daerah itu.
Air raksa ini harus dicampur dengan kain merah.
Banyak orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh
terkemuka.
d) Kalimat Cermat
Kalimat efektif adalah kalimat yang tidak ambigu atau bermakna bias. Setiap
kata yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir atau tafsir ganda. Untuk itu
diperlukan kemampuan menyusun kalimat secara cermat. Kalimat yang disusun tidak
cermat akan menjadikan kalimat yang tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Siswa SMA yang terkenal itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
Kalimat di atas bermakna ambigu, karena akan menimbulkan pertanyaan “Siapakah
yang terkenal itu, siswa atau SMA?”. Demikian pula kalimat kedua, semakin
ambigu, sekalipun secara sepintas tampak sebagai kalimat yang logis, namun
karena bermakna ganda, maka makna kalimatnya menjadi bias. Bandingkan dengan
kalimat berikut:
Siswa terkenal dari SMA itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
Jika yang dimasudkan adalah SMA yang terkenal disajikan sebagai berikut:
Siswa dari SMA terkenal itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
e) Kalimat Berpadu
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang berisi kepaduan pernyataan. Kalimat
yang tidak berpadu biasanya terjadi karena salah dalam menggunakan verba (kata
kerja) atau preposisi (kata depan) secara tidak tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada
pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di antara subjek dengan predikat pada
kalimat pertama menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Demikian pula
penggunaan kata tentang dan daripada setelah verba menjadikan kalimat tersebut
kurang padu. Bandingkanlah dengan kalimat-kalimat berikut:
Segala usulan yang disampaikan itu akan kami pertimbangkan.
Uraian pada bagian ini akan menyajikan perkembangbiakan pohon aren.
Materi yang sudah diungkapkan oleh pembicara awal akan dibahas kembali pada
pertemuan yang akan datang.
f) Kalimat Logis
Kalimat yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran
sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan kata atau ejaan
yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas
tersebut.
Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di
daerah tersebut.
Pada kalimat pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan,
kecuali verbanya diganti dengan membahagiakan. Kalimat kedua memiliki makna
yang tidak mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau
waktu yang dihemat. Kalimat ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang
benar sehingga memunculkan makna yang kurang logis dan menakutkan.
Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
Untuk menghemat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas
tersebut.
Wanita itu sering mondar- mandir di daerah tersebut, sebelum mayatnya ditemukan
di sungai
Demikianlah paparan sepintas tentang kalimat efektif dalam naskah pidato resmi.
Ketepatan menggunakan kalimat efektif merupakan bentuk loyalitas kita terhadap
bahasa negara.
Daftar Pustaka
Baynham, Mike. (1995) Literacy Practices: Investigating Literacy in Social
Contexts. London: Longman.
Keraf, Gorys (1983) Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Rusyana, Yus (1984) Bahasa & Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV
Diponegoro.
Warriner, (1958) English Grammar and Composition. New York: Harcourt, Brace and
World Inc.
Weaver, Ricard M. (1968) Composition. New York: Holt. Pinahart and Winston.