A. Sekilas tentang “ Apa sih perkembangan masa dewasa awal ? “
Perkembangan masa dewasa awal ini
adalah masa dimana seseorang mulai menginjakkan umur sekitar 19-25
tahun. Dalam masa dewasa awal banyak sekali masalah yang bisa terjadi
pada individu. Khususnya kami membahas masa dewas awal ini, permasalahan
dalam mahasiswa. Ini beberapa yang dibahas dalam diskusi ini adalah
1. Bagaimana seorang individu yang
mengalami keterlambatan dalam hal pola berpikir maupun dalam
menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan pemecahan masalah ini ditujukan
pada :
a. Ketidakmampuan mengambil keputusan secara tepat
b. Kecendrungan untuk bergantung dan mengikuti apa yang dilakukan kelompok
c. Terjebak dalam perilaku yang tidak bermanfaat, misal membeli tugas skripsi.
Idealnya seorang mahasiswa yang
sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal sudah memiliki kemampuan
berpikir dalam mememcahkan masalah dengan usaha menemukan sasaran
pemecahan yang ideal, berpikir kritis, dan mampu menganalisa dan mencari
solusi yang tepat.
Penyebab
Umumnya karena pola asuh yang salah,
terlalu memanjakan dan tidak melatih anak bersikap mandiri dan tidak
mendidik anak pada sikap-sikap positif.
2. Terjadinya Keterlambatan perkembangan kemandirian belajar
Dalam tugas perkembangan ini,
idealnya seorang mahasiswa sudah mampu menyelesaikan pekerjaan dan
tugas-tugas belajarnya secara mandiri, mampu menentukan kebutuhan
belajar, merencanakan belajar dari segi tempat dan waktu, melaksanakan
belajar dari segi waktu dan intensitas, mengevaluasi belajar dengan
mengikuti latihan-latihan tes formatif, tugas mandiri dan tugas
kelompok, serta mampu berusaha mendapatkan bantuan belajar yang
dibutuhkan. Namun terkadang, masih terdapat mahasiswa yang mengalami
kegagalan mencapai tahap perkembangan ini. Keterlambatan perkembangan
kemandirian belajar ini banyak ditunjukkan dengan adanya :
a. Rendahnya motivasi belajar
b. Rendahnya konsep diri
c. Rendahnya etos kerja
d. Rendahnya daya juang mahasiswa
- B. Isi Diskusi
Dalam diskusi ini banyak pertanyaan yang didiskusikan bersama seperti :
- Bagaimana pola asuh orang tua yang bisa mempengaruhi perkembangan anaknya di masa dewasanya?
- Apakah faktor lingkungan dan
teman sebaya juga berpengaruh pada pribadi seseorang? Entah dalam
memecahkan masalah atau bergaul?
- Seberapa besar pengaruh teman
sebaya membuat individu itu dalam memutuskan sesuatu hal? Ikut mayoritas
(pengikut saja), tidak memiliki pilihan sendiri?
- Bagaimana dengan persaingan
dalam kelompok (teman sebaya). Apakah di masa dewasa awal ini persaingan
masih terjadi? Seperti dengan anak kuliahan yang merasakan kurang /
biasa saja antar pertemanan tidak ada persaingan?
- Sebenarnya apa sih bedanya motivasi dengan obsesi? Seperti keinginan seseorang yang menggebu-gebu mencapai sesuatu?
- Apakah pengaruh pola asuh orang tua jaman dulu itu mempengaruhi bagaimana kesuksesan anak kedepannya?
- Pola asuh orang tua yang seperti apa yang paling bagus? Dan pada saat apa macam-macam pola asuh sebaiknya digunakan?
Pembahasannya adalah :
- Pola asuh orang tua juga dapat
mempengaruhi perkembangan anaknya dimasa dewasa awal, karena
pembentukan karakter dan kepribadian dimulai dari lingkungan utama yaitu
keluarga. Bagaimana seorang anak mempelajari segala hal, dimulai dengan
pengajaran dari orang tua atau saudaranya. Pengasuhan orang tua itu
sendiri tidak sepenuhnya mempengaruhi kesuksesan anaknya, karena didikan
orang tuanya itu sebagai pegangan dan prinsip yang dipegang, tetapi
yang menjalankan dan mencapai kesuksesan itu adalah diri kita sendiri.
Pendidikan yang diberikan orang tua sebagai penguat/dasar pandangan
hidup kita. Orang tua sebagai penyemangat dan dorongan dalam mencapai
kesuksesan.
- Iya teman sebaya dan faktor
lingkungan juga mempengaruhi pribadi seseorang. Karena menurut psikologi
perkembangan, teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh paling besar
atas kepribadian seseorang. Karena mereka banyak menghabiskan waktunya
dengan teman sebayanya. Dalam pergaulan dengan teman sebayanya, disini
lah mereka mencari jati diri dan bagaimana ia bersikap bisa terlihat
dalam kelompok pertemanan. Biasanya orang yang sangat bergantung dengan
teman sebaya atau istilahnya hanya menjadi follower saja, dia
tidak bisa memutuskan sesuatu atas dasar pilihannya, ia cenderung
mengikuti bagaimana pola bermain yang ada dalam kelompok itu. Dalam
memecahkan masalah pun, ia bertanya pada teman sebayanya dan tidak bisa
menyelesaikan sendiri.
- Sama seperti yang sudah
dijelaskan diatas, pengaruh teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh
atas kepribadian seseorang. Lalu, mereka yang menjadi minoritas, akan
mengikuti mayoritas yang ada. Mungkin ini dimaksudkan untuk tidak berani
mengungkapkan pendapat.
- Mungkin persaingan antar teman
sebaya di masa kuliah, sudah berkurang. Tidak sebesar rasa persaingan
saat dimasa-masa sekolah seperti SMP dan SMA. Karena disini mahasiswa
sudah memiliki pengalaman dan mempunyai pandangan sendiri bagaimana saya
melakukan sesuatu, bagaimana saya memutuskan suatu hal. Secara teori
mungkin belum bisa dijelaskan bagaimana ini bisa terjadi, tapi menurut
pengalaman dan cerita dari orang-orang, saat masa kuliah ini mereka
cenderung merasakan tidak mau ambil pusing. Dalam artian tidak ingin
bersikap yang terlalu ambisius namun santai tapi serius dalam mencapai
apa yang dia inginkan. Persaingan pasti ada, tetapi tidak terlalu
mencolok dalam masa pencapaiannya.
- Bedanya motivasi dengan
obsesi, yaitu motivasi adalah bagaimana dorongan seseorang yang bersifat
positif dalam mencapai sesuatu. Motivasi memiliki dorongan yang lebih
positif disbanding dengan obsesi. Obsesi itu lebih seperti keinginan
seseorang dalam mencapai hal yang menjadi pikirannya tetapi terkesan
lebih seperti memaksakan. Sebenarnya obsesi itu hal yang menjadi
pemikiran dia yang harus bisa terjadi sesuai dengan apa yang dia
inginkan. Menurut psikologi pendidikan, ada beberapa ciri-ciri orang
yang memiliki motivasi ini, seperti do something, ada melakukan
suatu hal yang menjadi dorongan dia, memiliki rasa percaya diri,
kreatif, selalu berusaha, memiliki target (yang postif dan pasti), tidak
mengeluh, mempunyai prinsip dan selalu melakukan suatu hal dengan
efektif&efisien. Kurang lebih seperti itu, cirri-ciri orang yang
memiliki motivasi.
- Pola asuh orang tua jaman dulu
ada pengaruhnya dimasa depan kita. Karena ada beberapa hal yang memang
sudah menjadi budaya, namun bagaimana pintar-pintarnya orang tua kita
sekarang ini dalam memberikan pola asuh terhadap kita. Tidak semua pola
asuh orang tua jaman dulu diberlakukan sama persis oleh orang tua kita
dalam mengasuh. Karena adapun pepatah yang mengatakan ‘Orang tua harus
terbuka dengan perkembangan zaman’ dalam artian orang tua harus bisa
melihat bagaimana perkembangan zaman sekarang dengan zaman dulu. Dengan
begitu, orang tua dapat masuk/terlibat juga dalam dunia kita. Banyak
orang tua jaman sekarang juga mengikuti training/ seminar parenting, ini
dimaksudkan agar bagaimana pola asuh yang sebaiknya digunakan. Pola
asuh orang tua jaman dulu hanya diambil beberapa nilai yang menjadi
panutannya, tidak mungkin pola asuh yang sangat keras dijaman dulu
digunakan di jaman sekarang. Karena jaman dulu dan sekarang sudah
berbeda kondisinya. Orang tua sudah tahu apa yang terbaik untuk anaknya.
Untuk itu, orang tua jaman sekarang mau tidak mau harus membuka mata
dengan perkembangan jaman sekarang dan bagaimana menyesuaikannya.
- Bila ditanya pola asuh mana
yang lebih bagus, akan sulit menjelaskannya. Karena pada dasarnya semua
tipe pola asuh itu tidak ada yang buruk. Semua sama bagusnya, hanya saja
mana yang terbaik dari yang terbaik. Pola asuh orang tua itu sendiri
ada 3 macam, yaitu :
- Pola Asuh Otoriter, yaitu dimana anak dituntut untuk menjalani apa
yang menjadi tuntutan orang tuanya. anak hanya menurut saja tanpa
melawan (pendapat sendiri). Disini orang tua sangat mengekang dan keras.
Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter ini, dalam pergaulan denga
teman-teman sebayanya akan cenderung sebagai pengekang dan pembankang.
Namun didalam rumah ia sebagai penurut, ini disebabkan karena ia
merasakan kehidupan lain dan merasa bebas saat tidak berada dirumah. Dia
merasakan bebas berekspresi saat berada dilingkungan luar tanpa ada
yang melarangnya.
- Pola Asuh Demokratif, dimana orang tua lebih bersifat bebas namun
tegas. Disini orang tua lebih terbuka dengan perkembangan zaman. Dalam
artian, tidak terlalu mengekang namun memberikan anak space dalam mengungkapkan pendapatnya.
- Pola Asuh Permisif, orang tua sangat membebaskan anak. Tidak ada kekangan/paksaan dalam pola asuhnya ini.
Kita tidak bisa langsung memutuskan ini
pola asuh yang terbaik. Karena dalam pengasuhan ini, ada saatnya dimana
orang tua memberlakukan pola asuh otoriter, demokratis ataupun permisif.
Semua pola asuh itu baik, namun bagaimana orang tua kita memberikan
pola asuh itu disaat yang memang seharusnya digunakan. Seperti pola asuh
otoriter, dalam masalah sekolah/pendidikan, orang tua sangat tegas
dalam masalah pendidikan anaknya. Beliau menginginkan yang terbaik serta
memberikan pandangan dan ketegasan dalam masalah pendidikan. Kemudian
dalam memutuskan suatu hal, orang tua akan membebaskan kepada diri kita.
Disini pola asuh demokratis digunakan orang tua. Intinya orang tua
sudah sangat mengetahui bagaimana baiknya ia mengasuh kita sebagai
anaknya.
- C. Kesimpulan
Dari diskusi ini bisa diambil
kesimpulan bahwa, masalah dalam perkembangan masa dewasa awal, banyak
dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Seperti pengaruh teman sebaya,
keluarga dan pola asuh orang tua, yang dimana masing-masing membawa
pengaruh yang berbeda-beda. Ada positif dan negative. Namun disini lebih
melihat juga bagaimana individu itu sendiri dalam menyikapi dirinya.
Seperti masalah keterlambatan pola berpikir ini dengan cara penangan
yang bisa dilakukan Penanganan
1. Kemampuan memecahkan masalah mahasiswa didukung oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor Eksternal berasal dari keluarga, pengaruh teman sebaya, pola
komunikasi, dan lingkungan pendidikan. Faktor internal berasal dari
pengalaman pribadi, kemampuan intelegensi, kepercayaan diri, dan
kreativitas. Faktor-faktor inilah yang perlu dikembangkan dan dilatih.
2. Meningkatkan pola komunikasi interpersonal dengan mahasiswa.
Komunikasi
seseorang pada suatu tempat akan membantu seseorang menyelesaikan
masalahnya, dan memberikan kepuasan yang bersifat personal. Adanya suatu
masalah yang dikomunikasikan dengan suatu pihak akan memberikan
kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman dan informasi
tentang pemecahan masalah sejak awal.
3. Menggali dan melatih kreativitas mahasiswa
Kreativitas
yang dimiliki mahasiswa, memiliki peran aktif dalam proses belajar.
Tingginya kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah dalam kemampuan
memecahkan masalah dengan mengkombinasikan ide-ide lama menjadi ide
baru
Kemudian dalam masalah keterlambatan perkembangan kemandirian belajar ini dapat dilakukan penangannya :
1. Membuat desain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan (gaya belajar andragogig / gaya belajar pada orang dewasa, dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran secara aktif
2. Kompetisi dan proses evaluasi dilakuan secara objektif
3. Gerakan membangkitkan semangat mahasiswa dalam manajemen waktu
4. Terus melatih dan mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas, buat kelompok diskusi
5. Tetap memberikan tugas mandiri kepada mahasiswa an hargai hasil pekerjaannya dengan mereview serta memberikan komentar yang memandu pada perbaikan
6.
Membuat seluruh aktivitas dan tugas – tugas perkuliahan kreatif yang
dapat mendorong mahasiswa untuk membaca, menulis, menganalisa dengan
indicator-indikator yang terukur (hal ini sangat membantu menimbulkan
kemandirian belajar mahasiswa)