Selasa, 12 Maret 2013

Laporan Diskusi tentang ‘Masalah dalam Perkembangan Masa Dewasa Awal’

A.    Sekilas tentang “ Apa sih perkembangan masa dewasa awal ? “
        Perkembangan masa dewasa awal ini adalah masa dimana seseorang mulai menginjakkan umur sekitar 19-25 tahun. Dalam masa dewasa awal banyak sekali masalah yang bisa terjadi pada individu. Khususnya kami membahas masa dewas awal ini, permasalahan dalam mahasiswa. Ini beberapa yang dibahas dalam diskusi ini adalah
1. Bagaimana seorang individu yang mengalami keterlambatan dalam hal pola berpikir maupun dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan pemecahan masalah ini ditujukan pada :
                  a. Ketidakmampuan mengambil keputusan secara tepat
                  b. Kecendrungan untuk bergantung dan mengikuti apa yang dilakukan kelompok
                  c. Terjebak dalam perilaku yang tidak bermanfaat, misal membeli tugas skripsi.
      Idealnya seorang mahasiswa yang sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal sudah memiliki kemampuan berpikir dalam mememcahkan masalah dengan usaha menemukan sasaran pemecahan yang ideal, berpikir kritis, dan mampu menganalisa dan mencari solusi yang tepat.
        Penyebab
Umumnya karena pola asuh yang salah, terlalu memanjakan dan tidak melatih anak bersikap mandiri dan tidak mendidik anak pada sikap-sikap positif.
2. Terjadinya Keterlambatan perkembangan kemandirian belajar
      Dalam tugas perkembangan ini, idealnya seorang mahasiswa sudah mampu menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas belajarnya secara mandiri, mampu menentukan kebutuhan belajar, merencanakan belajar dari segi tempat dan waktu, melaksanakan belajar dari segi waktu dan intensitas, mengevaluasi belajar dengan mengikuti latihan-latihan tes formatif,  tugas mandiri dan tugas kelompok, serta mampu berusaha mendapatkan bantuan belajar yang dibutuhkan. Namun terkadang, masih terdapat mahasiswa yang mengalami kegagalan mencapai tahap perkembangan ini. Keterlambatan perkembangan kemandirian belajar ini banyak ditunjukkan dengan adanya :
                  a. Rendahnya motivasi belajar
                  b. Rendahnya konsep diri
                  c. Rendahnya etos kerja
                  d. Rendahnya daya juang mahasiswa

  1. B.     Isi Diskusi
Dalam diskusi ini banyak pertanyaan yang didiskusikan bersama seperti :
-          Bagaimana pola asuh orang tua yang bisa mempengaruhi perkembangan anaknya di masa dewasanya?
-          Apakah faktor lingkungan dan teman sebaya juga berpengaruh pada pribadi seseorang? Entah dalam memecahkan masalah atau bergaul?
-          Seberapa besar pengaruh teman sebaya membuat individu itu dalam memutuskan sesuatu hal? Ikut mayoritas (pengikut saja), tidak memiliki pilihan sendiri?
-          Bagaimana dengan persaingan dalam kelompok (teman sebaya). Apakah di masa dewasa awal ini persaingan masih terjadi? Seperti dengan anak kuliahan yang merasakan kurang / biasa saja antar pertemanan tidak ada persaingan?
-          Sebenarnya apa sih bedanya motivasi dengan obsesi? Seperti keinginan seseorang yang menggebu-gebu mencapai sesuatu?
-          Apakah pengaruh pola asuh orang tua jaman dulu itu mempengaruhi bagaimana kesuksesan anak kedepannya?
-          Pola asuh  orang tua yang seperti apa yang paling bagus? Dan pada saat apa macam-macam pola asuh sebaiknya digunakan?
Pembahasannya adalah :
-          Pola asuh orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan anaknya dimasa dewasa awal, karena pembentukan karakter dan kepribadian dimulai dari lingkungan utama yaitu keluarga. Bagaimana seorang anak mempelajari segala hal, dimulai dengan pengajaran dari orang tua atau saudaranya. Pengasuhan orang tua itu sendiri tidak sepenuhnya mempengaruhi kesuksesan anaknya, karena didikan orang tuanya itu sebagai pegangan dan prinsip yang dipegang, tetapi yang menjalankan dan mencapai kesuksesan itu adalah diri kita sendiri. Pendidikan yang diberikan orang tua sebagai penguat/dasar pandangan hidup kita. Orang tua sebagai penyemangat dan dorongan dalam mencapai kesuksesan.
-          Iya teman sebaya dan faktor lingkungan juga mempengaruhi pribadi seseorang. Karena menurut psikologi perkembangan, teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh paling besar atas kepribadian seseorang. Karena mereka banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya. Dalam pergaulan dengan teman sebayanya, disini lah mereka mencari jati diri dan bagaimana ia bersikap bisa terlihat dalam kelompok pertemanan. Biasanya orang yang sangat bergantung dengan teman sebaya atau istilahnya hanya menjadi follower saja,  dia tidak bisa memutuskan sesuatu atas dasar pilihannya, ia cenderung mengikuti bagaimana pola bermain yang ada dalam kelompok itu. Dalam memecahkan masalah pun, ia bertanya pada teman sebayanya dan tidak bisa menyelesaikan sendiri.
-          Sama seperti yang sudah dijelaskan diatas, pengaruh teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh atas kepribadian seseorang. Lalu, mereka yang menjadi minoritas, akan mengikuti mayoritas yang ada. Mungkin ini dimaksudkan untuk tidak berani mengungkapkan pendapat.
-          Mungkin persaingan antar teman sebaya di masa kuliah, sudah berkurang. Tidak sebesar rasa persaingan saat dimasa-masa sekolah seperti SMP dan SMA. Karena disini mahasiswa sudah memiliki pengalaman dan mempunyai pandangan sendiri bagaimana saya melakukan sesuatu, bagaimana saya memutuskan suatu hal. Secara teori mungkin belum bisa dijelaskan bagaimana ini bisa terjadi, tapi menurut pengalaman dan cerita dari orang-orang, saat masa kuliah ini mereka cenderung merasakan tidak mau ambil pusing. Dalam artian tidak ingin bersikap yang terlalu ambisius namun santai tapi serius dalam mencapai apa yang dia inginkan. Persaingan pasti ada, tetapi tidak terlalu mencolok dalam masa pencapaiannya.
-          Bedanya motivasi dengan obsesi, yaitu motivasi adalah bagaimana dorongan seseorang yang bersifat positif dalam mencapai sesuatu. Motivasi memiliki dorongan yang lebih positif disbanding dengan obsesi. Obsesi itu lebih seperti keinginan seseorang dalam mencapai hal yang menjadi pikirannya tetapi terkesan lebih seperti memaksakan. Sebenarnya obsesi itu hal yang menjadi pemikiran dia yang harus bisa terjadi sesuai dengan apa yang dia inginkan. Menurut psikologi pendidikan, ada beberapa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi ini, seperti do something, ada melakukan suatu hal yang menjadi dorongan dia, memiliki rasa percaya diri, kreatif, selalu berusaha, memiliki target (yang postif dan pasti), tidak mengeluh, mempunyai prinsip dan selalu melakukan suatu hal dengan efektif&efisien. Kurang lebih seperti itu, cirri-ciri orang yang memiliki motivasi.
-          Pola asuh orang tua jaman dulu ada pengaruhnya dimasa depan kita. Karena ada beberapa hal yang memang sudah menjadi budaya, namun bagaimana pintar-pintarnya orang tua kita sekarang ini dalam memberikan pola asuh terhadap kita. Tidak semua pola asuh orang tua jaman dulu diberlakukan sama persis oleh orang tua kita dalam mengasuh. Karena adapun pepatah yang mengatakan ‘Orang tua harus terbuka dengan perkembangan zaman’ dalam artian orang tua harus bisa melihat bagaimana perkembangan zaman sekarang dengan zaman dulu. Dengan begitu, orang tua dapat masuk/terlibat juga dalam dunia kita. Banyak orang tua jaman sekarang juga mengikuti training/ seminar parenting, ini dimaksudkan agar bagaimana pola asuh yang sebaiknya digunakan. Pola asuh orang tua jaman dulu hanya diambil beberapa nilai yang menjadi panutannya, tidak mungkin pola asuh yang sangat keras dijaman dulu digunakan di jaman sekarang. Karena jaman dulu dan sekarang sudah berbeda kondisinya. Orang tua sudah tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Untuk itu, orang tua jaman sekarang mau tidak mau harus membuka mata dengan perkembangan jaman sekarang dan bagaimana menyesuaikannya.
-          Bila ditanya pola asuh mana yang lebih bagus, akan sulit menjelaskannya. Karena pada dasarnya semua tipe pola asuh itu tidak ada yang buruk. Semua sama bagusnya, hanya saja mana yang terbaik dari yang terbaik. Pola asuh orang tua itu sendiri ada 3 macam, yaitu :
  1. Pola Asuh Otoriter, yaitu dimana anak dituntut untuk menjalani apa yang menjadi tuntutan orang tuanya. anak hanya menurut saja tanpa melawan (pendapat sendiri). Disini orang tua sangat mengekang dan keras. Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter ini, dalam pergaulan denga teman-teman sebayanya akan cenderung sebagai pengekang dan pembankang. Namun didalam rumah ia sebagai penurut, ini disebabkan karena ia merasakan kehidupan lain dan merasa bebas saat tidak berada dirumah. Dia merasakan bebas berekspresi saat berada dilingkungan luar tanpa ada yang melarangnya.
  2. Pola Asuh Demokratif, dimana orang tua lebih bersifat bebas namun tegas. Disini orang tua lebih terbuka dengan perkembangan zaman. Dalam artian, tidak terlalu mengekang namun memberikan anak space  dalam mengungkapkan pendapatnya.
  3. Pola Asuh Permisif, orang tua sangat membebaskan anak. Tidak ada kekangan/paksaan dalam pola asuhnya ini.
Kita tidak bisa langsung memutuskan ini pola asuh yang terbaik. Karena dalam pengasuhan ini, ada saatnya dimana orang tua memberlakukan pola asuh otoriter, demokratis ataupun permisif. Semua pola asuh itu baik, namun bagaimana orang tua kita memberikan pola asuh itu disaat yang memang seharusnya digunakan. Seperti pola asuh otoriter, dalam masalah sekolah/pendidikan, orang tua sangat tegas dalam masalah pendidikan anaknya. Beliau menginginkan yang terbaik serta memberikan pandangan dan ketegasan dalam masalah pendidikan. Kemudian dalam memutuskan suatu hal, orang tua akan membebaskan kepada diri kita. Disini pola asuh demokratis digunakan orang tua. Intinya orang tua sudah sangat mengetahui bagaimana baiknya ia mengasuh kita sebagai anaknya.
  1. C.    Kesimpulan
      Dari diskusi ini bisa diambil kesimpulan bahwa, masalah dalam perkembangan masa dewasa awal, banyak dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Seperti pengaruh teman sebaya, keluarga dan pola asuh orang tua, yang dimana masing-masing membawa pengaruh yang berbeda-beda. Ada positif dan negative. Namun disini lebih melihat juga bagaimana individu itu sendiri dalam menyikapi dirinya. Seperti masalah keterlambatan pola berpikir ini dengan cara penangan yang bisa dilakukan Penanganan
                    1.  Kemampuan memecahkan masalah mahasiswa didukung oleh faktor eksternal  dan internal.  Faktor Eksternal berasal dari keluarga, pengaruh teman sebaya, pola komunikasi, dan lingkungan pendidikan. Faktor internal berasal dari pengalaman pribadi, kemampuan intelegensi, kepercayaan diri, dan kreativitas. Faktor-faktor inilah yang perlu dikembangkan dan dilatih.
                     2. Meningkatkan pola komunikasi interpersonal dengan mahasiswa.
                          Komunikasi seseorang pada suatu tempat akan membantu seseorang menyelesaikan masalahnya, dan memberikan kepuasan yang bersifat personal. Adanya suatu masalah yang dikomunikasikan dengan suatu pihak akan memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman dan informasi tentang pemecahan masalah sejak awal.
                        3.   Menggali dan melatih kreativitas mahasiswa
                              Kreativitas yang dimiliki mahasiswa, memiliki peran aktif dalam proses belajar. Tingginya kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah dalam kemampuan memecahkan masalah dengan mengkombinasikan ide-ide lama menjadi ide baru
                        Kemudian dalam masalah keterlambatan perkembangan kemandirian belajar ini dapat dilakukan penangannya :
                        1.   Membuat desain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan (gaya belajar andragogig / gaya belajar pada orang dewasa, dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran secara aktif
                        2.   Kompetisi dan proses evaluasi dilakuan secara objektif
                        3.   Gerakan membangkitkan semangat mahasiswa dalam manajemen waktu
                        4.   Terus melatih dan mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas, buat kelompok     diskusi
5.   Tetap memberikan tugas mandiri kepada mahasiswa an hargai hasil pekerjaannya dengan mereview serta memberikan komentar yang memandu pada perbaikan
6.   Membuat seluruh aktivitas dan tugas – tugas perkuliahan  kreatif yang dapat mendorong mahasiswa untuk membaca, menulis, menganalisa dengan indicator-indikator yang terukur (hal ini sangat membantu menimbulkan kemandirian belajar mahasiswa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar